Taman Doa BUNDA SEGALA BANGSA

20140706102245Taman Doa yang terdapat di Paroki St. Paulus Rasul Tumbangtiti ini di resmikan pada tanggal 1 Mei 2014 lalu oleh Mgr. Pius Riana Prabdi.

Di taman doa ini terdapat Patung Maria Fatima, Salib Kalfari, Ukiran Jalan Salib Yesus, dan Bukit dimana Tuhan kita terangkat ke surga.

Taman Doa ini di bangun oleh PC. Dremono Harimurti, Pr yang merupakan pastor kepala paroki St. Paulus Rasul dengan harapan agar umat paroki St. Paulus Rasul bisa melaksanakan Doa Rosario, Devosi Jalan Salib, Devosi – devosi kepada para Kudus, Meditasi, atau melakukan Kegiatan berdoa lainnya dengan tenang dan hening, sehingga, iman umat tertanam semakin kuat di hati mereka.

Semua umat di perbolehkan untuk berdoa di taman doa ini, tanpa terkecuali dan kapan pun waktunya, termasuk juga untuk umat dari agama lain ataupun dari paroki – paroki lain yang ingin berziarah dan berdoa di taman doa ini. Dan tentunya, jika berada di taman doa ini kita harus tenang dan menjaga kebersihan taman agar selalu tampak asri. (Reda*)

 

GEREJA DALAM ISTIADAT

IMG_20140613_191806BALAI SEMANDANG. Senin, 22/6/2014, OMK St. Paulus Rasul Tumbangtiti yang mengikuti temu OMK di Paroki St. Yohanes Rasul Balai Semandang mewawancarai salah seorang tokoh masyarakat yang dulunya, sewaktu Mgr. Blasius Pujaraharja masih sebagai Uskup Keuskupan Ketapang, beliau menjabat sebagai Ketua Stasi St. Yohanes Rasul sekaligus merangkap sebagai Ketua Dewan Adat di Balai Semandang . “ Dulu umatnya cukup kurang karena masih banyak kepercayaan lain” ujarnya. Pak Emilianus Bana, yang biasanya akrab dipanggil oleh masyarakat setempat, ingin mengajak umat untuk aktif di kegiatan Gereja karena ingin mengenalkan budaya daerah ke dalam agama. Sehingga kehidupan menggereja juga dapat terbaur ke dalam adat istiadat yang berlaku di daerah tersebut .

“ Sifatnya Gereja dahulu swadaya “ ujar seorang bapak kelahiran 15 Januari 1965 ini,     “ Anak muda sekarang harus bergotong royong dan generasi muda harus memikirkan kebersamaan untuk membangun kerohanian yang tinggi dan saling toleransi” katanya. “ Agama dan budaya harus diimbangi dengan kearifan local supaya adat dan budaya tidak punah di telan zaman” Pesan Pak Bana.

Mengenalkan Budaya adat Dayak ke dalam Gereja juga merupakan pelestarian Adat Istiadat Dayak itu sendiri kedalam seluruh umat apalagi jika mayoritas Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut beragama Katolik.

 

Adat Adalah Ciri Khas

Menjunjung tinggi adat istiadat yang kita punya membuat kaum – kaum muda katolik terutama Anak – anak kecil yang nantinya akan menjadi generasi penerus, semakin mengenal dan mencintai budaya daerahnya, Sehingga, mereka tidak terpengaruh oleh budaya – budaya asing dan tidak mengenal budayanya sendiri. “Budaya di daerah Balai Semandang ini belum tercampur oleh budaya manapun” kata Pak Sotorman selaku Kepala Adat dan Demung Adat Balai Semandang. Meskipun kebanyakan masyarakat masih berfikir instant dan jarang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan adat, masyarakat masih sangat melestarikan budayanya sebagai identitas suku Dayak terutama saat ada upacara pernikahan, sebagian besar masih tetap melestarikan adat istiadat ini, dimana pun tempatnya. Misalnya dirumah adat atau rumah warga yang memiliki acara tersebut.

Adat Istiadat adalah ciri khas dari suatu daerah yang sangat tidak boleh punah dan tetap harus dilestarikan sampai kapanpun. Karena itu, kita sebagai anak – anak muda daerah dan katolik harus selalu menjunjung tinggi adat Istiadat di tanah Kalimantan Barat ini, terutama adat istiadat di daerah pedalaman yang masih asli. (OMK*)